MANGGA PINARAK

SELAMAT DATANG DI DEWASAKU.BLOGSPOT.COM. SEBUAH BLOG SEDERHANA SEBAGAI MEDIA MENULIS YANG MENCERITAKAN PENGALAMAN DAN BUAH PIKIRAN SEHARI-HARI SEMOGA BISA MENJADI MEDIA INFORMASI DAN HIBURAN YANG PASTINYA MASIH JAUH DIBANDING TELEVISI...

Selasa, 06 Mei 2008

mercy OM….!

Malam itu sekitar jam 10. Di terminal Tawang Alun Jember. Aku baru aja menyelesaikan perjalananku yang sangat melelahkan. Coba bayangkan aja, dari Surabaya-Jember aku tempuh dengan 10 jam. Padahal itu aku naek bus patas (cepat dan tidak pasti). Pasalnya waktu itu ada unjuk rasa di sekitar Sidoarjo yang sudah pasti bisa ditebak, tentang masalah Lumpur Lapindo. Capek, ngantuk, laper semua tumbuh jadi satu yang ujung2nya aku pengen pipis. Lha gimana lagi udah berjam2 aku kebelet tapi blon bisa menyalurkan hasrat napsu sesaatku ini.

Sebenarya suasana Tawang Alun tidak menampakkan hal2 yang mencurigakan dan aneh seperti demo lumpur lapindo yang bikin macet. Lumayan sepi memang tapi tukang ojek dan sopir angkutan umum selalu bersemangat buat menjajakan daganganya. Dan itu salah satu keuntungan konsumen seperti aku yang memang cepet2 pengen pulang, jadi kita tidak perlu sibuk cari angkutan. Masalah bru aku alami pas ketika aku cari angkutan yang sesuai dengan arah aku pulang gak ada. GIleeeeeeeeeeee… treus aku pulang naek apa???

Sebenarnya tidak banyak pilihan yang bisa nolong aku.
Sebenarnya aku bisa aja minta tolong temenku buat jemput aku di terminal. Tapi masalahnya, jarak Tawang Alun ke kosku bisa sampai beribu-ribu sentimeter. (ya iyalah, secaaaaraaa…). Tapi seriua Sob, jaraknya lumayan jauh. Kira30-40 menit. Malem2 lagi sapa yang mau…!
Aku bisa aja naek ojek kayak Cinta Laura, lebih enak memang apalagi gak ada ujan dan gak beceeekkk…… tapi Sob, kayaknya muahal banget.
Aku juga bisa naek taxi, tapi ya tambah mahal.
Aku itu pengennya murah aja tapi cepet nyampeknya.
Gak lama setelah aku mikir tentang hal yang gak masuk akal tadi tiba2 aja dari belakangku tapi agak serong ke kiri (kira2 menunjukkan arah seperti jam 8), ada suara yang bertanya ke aku.

“mau kemana mas?”
Orang itu kira2 umur 4o-an, pake topi, jaket dan tas plastic seperti bekas plastic mal gtu.
“Mau ke Arjasa pak”. (Arjasa itu suatu arah tujuan angkutan umum, yang untuk kesana mesti nglewati kosku).
Aku jawab sambil nyantei n gak peduli gtu. Ya karena dia paling juga gak bisa bantuin aku. Pikir aku.
Suasana menjadi hening……….. (bayangin aja waktu kamu mengheningkan cipta waktu upacara bendera, tapi ada temen kamu yang kentut).
Lalu aku mikir, kenapa juga si Bapak tadi nanya ke aku. Maksudku, gak mungkin suasana capek begini dia nyempat2in buat hal yang gak penting gini. Pasti ada sesuatu pikir Enstein eh aku ralat. Pikirku. Aku balik nanya ke dia.
“Bapak mau kemana?”
“ke Arjasa”
“Ohh……”, hehehehe. Ternyata aku dan Bapak itu senasib. Tapi tidak sepenanggungan.

Gak lama setelah percakapan yang lebih mirip seperti anak yang minta warisan ke bapaknya itu berlangsung, dia ngomong lagi ke aku.

“klo kamu mau, kamu bisa ikut aku”
“ya?”, sumpeh, aku gak bisa denger jelas. Bukan karena aku gak rajin bersihin telinga. Tapi memang saat itu aku gak 100%.
Dia ngulangi lagi,
“klo kamu mau, bisa ikut aku”.
Aku masih gak tahu, ikut kemana. Jelas gak mungkin klo ke rumahnya, gile aje. Diajak makan, masak dia tahu klo aku dah sebulan gak makan?!. Ahrg….. daripada lama mikir, aku jawab aja.
“gak apapa to pak?”
“ya, klo kamu mau!”
Aku gak jawab. Tapi aku ikutin dia. Sejujurnya aku gak tahu mau ngapain.

Lalu dia manggil taxi. Bapak itu bukain pintunya, kira-kira seperti sopir bukain pintu buat majikannya. Heheheheee.
Aku masuk duluan seperti orang yang gak tahu diri, (maksudnya lupa nama).
Dan perjalanan yang penuh kewaspadaan dimulai. Aku gak kenal sama bapak itu. Namun setelah aku amati ternyata dia lebih tua dari yang kubayangkan, kira2 umurnya 50-60an.
Dia mulai Tanya tentang kuliahku dan serba-serbinya. Lalu dia cerita banyak hal. Mulai dari tempat lahirnya, kuliahnya dulu, kerjanya, anaknya, kuliah anaknya, dan tak ketinggalan anaknya yang sudak kerja di bank.
Sedikit demi sedikit, aku mulai bisa mengenal orang ini. Pria paruh baya yang sempat beberapa semester kuliah di ITS, jur elektro namun mesti keluar karena bekerja. Tempat kerjanya selalu berpindah-pindah, sehinggan dia gak sempat kuliah lagi. Yang pasti dulunya kerja di pemerintahan. Namun sekarang dia hanya sebagai pekerja panggilan, maksudku bbeberapa minggu sekali mesti keliling Indonesia buat jadi pengawas. Dan ternyata dia baru aja pulang dari Balikpapan.

Aku baru sadar ternyata aku lagi bareng orang penting. Dia juga cerita tentang kota pendidikan, Jogjakarta yang sangat jauh berbeda dengan tempo doeloe, dimana para mahasiswa kuliah naik sepeda kayuh (pancal).
#Yak iyalah pak, kemana aja bapak
selama ini, jaman sudah berubah#. Pernah suatu ketika dia dimintai suatu pihak, untuk meneliti tentang kehidupan mahasiswa di jogja. Ternyata, sebagian besar mahasiswa di jogja, hanya menghabiskan 40% dari uang kirimannya perbulan untuk kebutuhan primer seperti makan, kos, dll. Trus kemana aja yang 60%?????. Menurut beliau uang itu banyak dihabiskan untuk hal2 (yak lo bahasanya beliau semacam foya2 lah).Dan itu pulalah yang ngebuat dirinya ngekuliahin anak2nya di UNEJ.

Asli, aku bingung mesti nanggapinnya gimana. Karena jelas- aku gak mau ngrusak acara ceramahnya, tapi di lain sisi itukan urusan mereka, uang2 mereka sendiri. Tapi dengan ilmu kejawen yang pernah aku pelajari, aku hanya manggut2 saja.
(ilmu inilah yang membuat bangsa Belanda bingung sewaktu berbicara dengan orang Jawa sewaktu zaman penjajahan. Karena manggut2 ini bukan berarti YA setuju tapi, YA kami mendengarkan perkataan Anda). Coba deh…………..

Tapi sebenarnya sebagai mahasiswa yang mengganggap dirinya sebagai calon pemimpin (ya minimal pemimpin rumah tangga). Aku harus punya komentar tentang hal macam gini.
Mungkin bapak itu tidak salah klo menganggap mahasiswa JOGJA itu kurang sesuai dengan yang orang tua manapun harapkan (ya beliau memandang dari sudut pandang orang tua). Pemborosan bagi beliau bisa dubilang sesuatu yang tabu. Apalagi klo kamu semua dah baca buku2nya ANDREA HIRATA ato buku laen yang menceritakan kesusahan tempo dulu dan semangatisme yang tinggi dalam mencapai cita2. Wah sungguh pren, perbuatan kayak gitu seakan2 menjadi dosa besar. Dan berarti pula aku harus mengatakan ke bapak itu atas kesetujuanku.

Namun sebagai manusia berdarah muda (kayak lagunya bang haji aja…). Kayaknya juga gak ada salahnya klo mereka memanfaatkan sumber daya uang yang ada. Kecuali klo mereka tahu orang tuanya gak ada uang trus mereka minta sampai membabi buta. Wah itu baru gak sesuai dengan pelajaran moral PPKN.

Tapi klo memang ada ya GAK masalah to, wong namanya menikmati hidup. Belanja2, ke salon, ke mall, kafe ato apalah…

Tapi gak sempat aku kasih komen, kami dah sampai lampu merah pertigaan soebandi yang berarti juga aku mesti turun dan jalan beberapa meter buat nympek ke kosku. Trimakasih banyak aku haturkan ke pak de yang aku gak sempat tanya namanya dan bahkan alamatnya itu. Ya siapa tahu aja aku bisa bales jasanya. Heheheheheeee….

ANTARA KEDIRI – JEMBER


Bonjour, bonsoir…… buat kamu semua yang masih menyempatkan buat memasukkan rencana membaca blogku ke dalam menu kegiatan rutin ngenet anda. Semoga Tuhan mengampuni dosa anda karena telah rajin dan penasaran buat baca blogku. Mercy…….

Hari itu aku ngrasa males banget buat balik ke Jember buat kuliah. Setelah waktu di Kediri yang hanya beberapa hari kuhabiskan buat ngrayain Paskah bareng keluarga, lalu datang ke ULTAH Yayan (cewek, temen sepermainan dan se-Geng-ku pas SMA). Disana ada acara makan bareng anak2 terlantar dan ANJAL yang sangat butuh uluran tangan seperti didat, pam2 Jr alias Memed, Ujik, Wipy, Rini, Pundhi, Salim dan tentunya aku sendiri.

Dengan tekad dan niat buat membangun bangsa ini, akhirnya aku tinggalkan sejenak hiruk-pikuk dan hingar – bingar gemerlap kota Kediri. Aku beranjak menuju Kota jember buat menyelesaikan sarjanaku di jurusan Teknik Mesin. Tidak ada yang luar biasa ketika aku berangkat naek bus, seperti kegiatan rutin aja, aku diantar kakakku Sutan alias Endra ke pangkalan bus. Dan hal itu terjadi begitu aja tanpa kesan yang yang aneh2.

Rute yang harus aku lalui pertama adalah Surabaya. Bus yang aku tumpangi ini juga biasa aja, bus ekonomi khas mahasiswa berekonomi dibawah garis ketidakberadaan. Tidak ada AC, TV dan VCD player. Semua sangat sederhana. Ada yang duduk, ada yang berdiri. Dan tentunya kamu semua juga sudah bisa nebak apa yang terjadi klo banyak sekali penumpang yang berdiri, sebenarnya bukan karena kakinya yang berdiri, tapi karena tangannya yang berdiri. Semua aroma khas binatang langsung bermunculan dan saling memberi sensasi aroma terapi kematian yang berbeda2. Apalagi klo ada yang merokok, uhhhhhhhh… sebelnya minta ampun.

Sampai di terminal Surabaya yang bernama Bungurasih aku selalu menyempatkan buat ke toilet. Ini penting banget buat aku, karena aku nanti masih akan melanjutkan perjalan yang cukup lama sekitar 4-5 jam lagi buat sampai ke Jember. Oya sob, sampai sekarang aku blon bisa menemukan alasan kenapa toilet umum di tempat tertentu dinamakan PONTEN. Aku sampai sekarang masih penasaran berasal dari bahasa apa kata PONTEN itu?!. Dulu aku pernah berpikir itu adalah PUNTEN, sebuah kata dari bahasa daerah tertentu aku lupa, yang artinya semacam permisi sebelum masuk rumah. Namun jelas itu gak mungkin. Lalu kamus bahasa di otakku mulae mencari… akhirnya ketemu kata yang hampir mirip yaitu WONTEN. Berasal dari bahasa Jawa yang artinya ada. Namun itu juga tidak sesuai bila dituliskan di toilet umum. Oke, untuk sementara aku menyerah dengan simbol2 kuno yang mungkin sudah digunakan beribu2 tahun lalu oleh pendahulu kita itu. Mungkin hanya Langdon, sebuah tokoh di buku The Davinci Code dan Angels & Demons-nya penulis buku fiksi-ilmiah-sejarah, Dan Brown. Tapi buat kamoe2 semua yang tahu arti ato asal kata itu, kasih tahu aku ya. Tulis di coment aja, ato balas di E-mailku di Dewasaku@yahoo.co.id. Ok thank u…

Aku ngrasa aneh aja sewaktu jalan menuju bus-ku selanjutnya. Tiba2 aja berpikir pengen naek bus patas. I don’t know why sob, tapi kayaknya rasa itu harus terpenuhi saat itu juga, naek bus patas. Baek, dengan pertimbangan yang penuh risiko ini, akhirnya aku putuskan naek bus patas. Di dalam bus patas yang memang rasanya beda sama bus ekonomi itu kursi2 masih sepi penumpang sehingga aku bisa dengan leluasa untuk memilih tempat duduk yang paling nyaman. Dengan bermodal ilmu analisis gaya yang yang telah diajarkan Pak Gaguk, dosen Statika Struktur ato yang dalam bahasa universitas laen disebut MEKTEK ato Mekanika Teknik, aku memilih tempat duduk yang ditengah. Bukan tengah dari kanan-kiri tapi tengah dari depan-belakang. Karena pada posisi tersebut goncanagn sewaktu pengereman mendadak sangatlah minim. Itu juga alasan mengapa mobil Limosin sangat panjang.

Memang berbeda rasa naek bus ekonomi dengan naek bus patas. Lebih bersih, ga
k panas, gak bau. Tapi tetap aja ada yang membuatnya sama. Tidak laen dan tidak bukan adalah penjual mamin dan laen2. Namun ok-lah memang kadang kita memerlukan itu.

Rasa nyaman naek bus patas buat aku tertidur. Namun sebelum aku tidur aku ngejalanin kegiatan rutin klo mau tidur di transportasi umum. Yup… clingak-clinguk, tengok kanan, kiri, depan, belakang, atas, dan tentunya juga bawah, siap tahu aja ada uang jatuh. Heheheehe. Sebelah kiriku ada seorang ibu yang klo crita ke aku gak terlalu keras suaranya, sampai2 aku harus sering bertanya ke dia. Dia memang terlihat sebagai wanita yang sopan dan bermartabat sehingga gak mungkin klo dia bakal nglakuin tindakan asusila maupun penculikan anak2 muda yang cakep seperti aku. Sebelah kananku kaca, so pasti aku gak ada masalah. Kursi di depanku, aku gak tahu ada orangnya pa gak. Coz gak keliatan. Sedangkan di belakangku ada sepasang aki dan nini yang mungkin mau berbulan madu, karena di jaman mudanya dulu gak sempat Berendohai Ria karena Negara ini masih dalam perang kemerdekaan. Hehehehe…. Tapi mereka itu termasuk orang yang doyan ngomong, suaranya keras lagi. Apalagi yang nini, apapun dikomentari. Dari penjual aqua sampai semut hitam yang berbaris di dindingpun tidak luput dari komentarnya. Tapi okelah, memang begitu klo orang yang sudah tua. Dia cenderung berbicara daripada mendengar.

Sekitar se-jam aku tidur, kulihat sekitarku…… clingak-clinguk. Kok kanan-kiri sawah semua dan ternyata aku ikut berpartisipasi dalam kemacetan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oh no, jangan2 aku sekarang lagi diculik sama sopir bus yang gak pernah ngomong klo gak ditanya itu. Dan anehnya aku gak nglewati jalan besar. Sungguh aku bingung campur aduk. Lalu kulihat tulisan2 yang yang dapat membantu aku menemukan keberadaanku sekarang. Wow ….. Surabaya?! Jadi selama ini aku masih nongkrong di Surabaya dan blon kemana2. Gila padahal sudah 1 jam lebih. Oke tidak bisa dibiarkan kebodohan ini berlangsung lama, akhirnya dengan penuh tanda tanya besar yang yang nangkring di kepalaku, kuberanikan diri buat Tanya ke ibu (bersuara pelan)yang duduk disebelahku. Dan untuk lebih mudah menyebutnya, selanjutnya nanti kita panggil ibu bersuara pelan yang disingkat ibu BP.
Beginilah kira2 percakapan antara ibu BP dengan pangeran katak dalam tempurung:

“kok macet buk ya?” (yak iyalah, sudah tau nanyak)
“ya dek. Sudah dari tadi” (tentu dengan suara pelan dan nada yang rendah, kira2 dengan nada dasar E=do, dengan ketukan 1/1).
“lho memang kenapa buk?” (tanyaku lagi)
Dan tentunya di setiap pembicaraanku ini di iringi backing vokal suara2 berisik dari belakang kursiku. Yup siapa lagi klo bukan aki dan nini yang lagi ngomentari masalah macet yang yang bikin semua emosi.
“kurang tahu ya, mungkin@7HJK99(^KSLP#%!....” (trus aku gak tahu kelanjutannya ibu BP ngomong apa)”
Dengan penuh trimakasih atas jawaban yang tidak memuaskan, kubilang trimakasih.
(to be continued at other page)